2 Lakaran 1 Hati

(الدنيا سجن المؤمن و جنة الكافر) “ Dunia ialah penjara bagi orang mukmin dan syurga bagi orang kafir.”

salam
....Pada jalan berliku, moga Allah luruskan langkahmu.......
....tika langit dunia runtuh,moga Allah teguhkan akidahmu..
....Tika datang kesusahan,moga Allah kuatkan hatimu.......
9:50 PTG

Hikmah Sabar

Dicatat oleh fazafillah

Al-Imam Abu Bakar Ar-Razi menjelaskan bahwa arti “Sabar” dari segi bahasa adalah: “Habsun-Nafsi ‘Anil-Jaza’i”; artinya: “Menahan diri dari keluh kesah”.
Para ‘ulama mengatakan bahwa “Sabar” itu ada 3 (tiga) tingkat.

* Tingkat pertama, bersabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah, yaitu dalam melaksanakan perintah Allah.

* Tingkat kedua, bersabar dalam meninggalkan larangan Allah.

* Dan tingkat ketiga, bersabar dalam ujian dan cobaan Allah.

Jadi, jika seseorang sudah membiasakan atau melatih dirinya untuk bersabar dalam melaksanakan perintah Allah dan juga menjauhi larangan Allah, maka ia akan mampu bersabar ketika mendapat ujian dan cobaan. Artinya, dalam keadaan cobaan yang bagaimana pun, ia dapat terus melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah. Tidak demikian halnya bagi orang yang tidak biasa menjalankan perintah Allah serta meninggalkan larangan Allah. Ia tidak akan mampu bersabar pada saat mendapat cobaan dari Allah.

(1) Ada 3 (tiga) hal yang harus diupayakan agar memperoleh kesabaran.

* Pertama: Berdo’a dengan do’a: “Rabbana Afrigh ‘Alainash-Shabra Wa Tsabbit Aqdamana Wan-Shurna ‘Alal-Qaumil-Kafirin”. Artinya: “Ya Rabb kami, curahkanlah kesabaran pada kami, dan teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami dalam menghadapi orang2 yg. kafir” (Surah Al-Baqarah (2):250).

* Kedua: Berusaha dengan sungguh2 untuk bersikap sabar, sebagaimana firman Allah dalam surah Ali ‘Imran (3) ayat 200: “Ya Ayyuhal-Ladzina Amanush-Biru Wa Shabiru…”. Artinya: “Hai orang2 yang berman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian…”. Disebutkan dalam sebuah riwayat dari Nabi saw: “Man Tashabbara Shabbarallahu ‘alaihi”. Artinya: “Siapa-saja yang berusaha untuk sabar, maka Allah akan memberikan kesabaran padanya”.

* Dan yang ketiga: Saling menasehati sesama muslim untuk senantiasa bersabar, sebagaimana firman Allah dalam surah Al-’Ashr (103) ayat ke 3: “Wa Tawashau Bish-Shabri”. Artinya: “Dan mereka saling berwasiat dengan kesabaran”. Maksudnya: Menanamkan kesabaran juga harus melalui saling nasehat menasehati.Inilah 3 (tiga) langkah yang merupakan manhaj (metode) Al-Quran untuk memperoleh kesabaran.

---

3:46 PTG

Lelaki Yang Dinaungi Awan

Dicatat oleh fazafillah

Diceritakan bahawa seorang pemuda jatuh hati kepada seorang dara. Mereka sebenarnya adalah berjiran. Ketika hari mulai pagi, gadis itu berangkat ke sebuah desa, nun jauh... seorang diri. Ia berangkat ke sana atas perintah keluarganya untuk suatu keperluan. Tak disangka, langkahnya diikuti pemuda jirannya. Dekat sudah jarak mereka berdua. Dalam dada si pemuda telah menggumpal gelora harapan. Ia rayu gadis itu, ia pujuk agar menuruti kehendaknya. Tetapi gadis itu petah menjawab: “Saya takut kepada Allah.”

Kalimat pendek itu menjebak perasaan si pemuda. Ia berkata, “Kau takut kepada Allah? Duhai... mengapa aku tidak takut?” tanyanya kepada hatinya sendiri. Langkah pemuda itu terhenti seketika. Ia patah balik dan pulang ke rumahnya. Di tengah perjalanan, ia merasakan haus yang amat sangat, sementara langit panas membakar. Hampir saja ia pengsan. Saat itulah ia bertemu seorang soleh dari bangsa Israil.

Di hadapan orang soleh itu ia menceritakan kehausannya. Orang soleh itu berkata, “Mari kita berdoa, semoga Allah melindungi kita dengan naungan awannya hingga sampai ke desa.”

“Berdoa....? Saya tidak mempunyai amal soleh apapun. Tetapi... kita memang perlu naungan. Berdoalah tuan, saya akan mengamini.”

Orang soleh itu segera memanjatkan doa, dan si pemuda mengamini dengan penuh pengharapan. Tiba-tiba awan datang di atas kepala mereka, menaungi perjalanannya hingga sampai ke desa. Ketika pemuda itu masuk ke rumahnya, hilanglah awan yang menaungi itu. Orang soleh itu menatap si pemuda. Dia melihat bahawa pemuda itu memiliki suatu amal baik, maka ia bertanya, “Ceritakan kepadaku, apa yang pernah kau lakukan?”

Dengan jujur ia bercerita mengenai perbuatannya yang hampir saja ia lakukan kalaulah tidak ingat terhadap ancaman Allah. Mendengar itu orang soleh berkata: “Sesungguhnya orang-orang yang bertaubat itu, sentiasa berada di sisi Allah, dalam suatu kedudukan yang tiada seorang pun di dalam kedudukan itu. Dan di akhirat, ia akan dimasukkan ke dalam syurga dan dikahwinkan dengan bidadari-bidadari yang kecantikannya tak dapat dibayangkan”.

8:36 PTG

Ku Rindu......

Dicatat oleh fazafillah


Dapatkan Mesej Bergambar di Sini


EM..Kali ni rasa macam nak tulis sesuatu jer ada yang tersimpan dibenak fikiranku...Bila malam sudah menjelma takku sangka di malam yang indah ini yang tenang tiada lagi purnama yang ingin menerangi, walau pun ia hadir hanya seketika terselindung di sebalik ketulan-ketulan awanan yang menebal, kegelapan menyelubungi seperti orang buta yang tidak kelihatan..Lantas ku ingin berlari jauh mencari cahaya untuk menyuluh perjalanan hidupku..


Ku berbisik, Ya Allah Ya Tuhanku Kau yang maha pengampun kupohon maghfirahMu, Ampunilah dosaku, Kau lah tempat untukku mengadu Kasihanilah hambaMu, Beginilah hakikatnya ku tunduk dan akur dengan TakdirMu Ya Allah..


Terukir peristiwa kenangan semalam yang tidak bisa terpadam, sedetik ku singkap tirai memori saat ini ku teruji lagi dengan hati dan perasaaan, Moga hari esok ku lebih sempurna, ku meniti jalanan suram ku hanyut dan tenggelam, ku tinggalkan semalam kian menjauh dan semalam terus menjauh ku tak ingin ia membebani dalam fikiranku...ku jadi rungsing bila memimirkan, ku takkan berpaling lagi .


Sunyi malam ini menyelubungi malam..terusik minda yang terlontar jauh..masih terasa hangat tangan yang berkerut menandakan usiamu sudah meningkat..ku terasa kasihmu Ibu..Daku damba kasihmu .. Bayu kau sampaikan berita ku kini ceria aman dan bahagia.


Ku rindukan senyumanmu penawar segala duka di dalam diriku, kau lah yang menyempurnakan hidupku...Jasa dan baktimu ku kenang selamanya, tak ku terbalas jasa mu Ibu dan Ayah...Bagaikan cahaya yang menjelma di malam hari bila bersamamu..ku dikejauhan terasa ketiadaanmu disisiku...

Oh ayah... Oh ibu...
Ayah ibu ku pohon restumu untukku,
Ayah ibu engkaulah permata hatiku,
Ayah ibu ku sembahkan laguku untukmu,
Ayah ibu hanya dikau penyeri hidupku...

Restumu ibu dan ayah
Cahaya kehidupan cinta dan belai kasihmu...
Bersemi di taman hati..
Restumu ibu dan ayah...
Azimat perjuangan mencari impian cita
Keluarga bahagia....

Saat kita bersama
Hilanglah segala duka lara
Bicara kata pengubat rindu

Jasa baktimu semai di kalbu
Moga kau bahgia selamanya
Dengan kurniaan maha Esa
Terima kasih permata hati
Restumu tetap bersama, ke akhirnya....

,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Kasih sayang ibu
Mekar mewangi suci abadi
titis pengorbananmu oh ayah tak terbalas
Tak terduga

Moga kau bahgia selamanya
Dengan kurniaan maha Esa
Terima kasih permata hati
Restumu tetap bersama, ke akhirnya.....

10:34 PTG

Adakah AN'NISA itu jahat selamanya??

Dicatat oleh fazafillah




Persoalan dibenakku, Adakah wanita itu jahat selamanya? menjelajah dari website ke website yang lain, maka saya tertarik dengan tajuk nie, agak menarik isu di dalam nya, marilah sama-sama kita menghayati isi yang ter sirat didalamnya..

PERTANYAAN

Dalam buku Nahjul Balaghah karangan Amirul-Mukminin Ali bin Abi Thalib r.a terdapat suatu keterangan:

"Wanita itu jahat dalam segalanya. Dan yang paling jahat dari dirinya ialah kita tidak dapat terlepas daripadanya."

Apakah erti yang sebenarnya (maksud) dari kalimat tersebut?Apakah hal itu sesuai dengan pandangan Islam terhadap wanita? Saya mohon penjelasannya. Terima kasih.

JAWAPAN DARIPADA PROF DR YUSUF AL QARADHAWI:

Ada dua hal yang nyata kebenarannya, tetapi harus dijelaskan lebih dahulu, iaitu:

Pertama, yang menjadi pegangan atau dasar dari masalah agama ialah firman Allah swt. dan sabda Nabi saw, selain dari dua ini, setiap orang kata-katanya boleh diambil dan ditinggalkan.
Maka, Al-Qur'an dan As-Sunnah, kedua-duanya adalah sumber yang kuat dan benar.

Kedua, sebagaimana telah diketahui oleh para analis dan cendekiawan Muslim, bahawa semua tulisan yang ada pada buku tersebut di atas (Nahjul Balaghah), baik yang berupa dalil-dalil atau alasan-alasan yang dikemukakan, tidak semuanya tepat. Di antara hal-hal yang ada pada buku itu ialah tidak menggambarkan masa mahupun fikiran serta cara di zaman Ali r.a. Oleh sebab itu, tidak dapat dijadikan dalil dan tidak dapat dianggap benar, kerana semua kata-kata dalam buku itu tidak ditulis oleh Al-Imam Ali r.a.

Di dalam penetapan ilmu agama, setiap ucapan atau kata-kata dari seseorang, tidak dapat dibenarkan, kecuali disertai dalil yang sahih dan bersambung, yang bersih dari kekurangan atau aib dan kelemahan kalimatnya. Maka, kata-kata itu tidak dapat disebut sebagai ucapan Ali r.a kerana tidak bersambung dan tidak mempunyai sanad yang sahih. Sekalipun kata-kata tersebut mempunyai sanad yang sahih, bersambung, riwayatnya adil dan benar, maka wajib ditolak, kerana hal itu bertentangan dengan dalil-dalil dan hukum Islam. Alasan ini terpakai di dalam segala hal (kata-kata) atau fatwa, walaupun sanadnya seterang matahari. Mustahil bagi Al-Imam Ali r.a. mengatakan hal itu, di mana beliau sering membaca ayat-ayat Al-Qur'an, di antaranya adalah:

"Wahai sekalian manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang, yang kemudian darinya Allah lantas menciptakan isterinya, dari keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan wanita yang banyak ..." (Q.s. An-Nisa': 1)

"Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan firman-Nya):Bahawa sesungguhnya Aku tiada mensia-siakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki mahupun wanita, (karena) sebahagian darimu adalah keturunan dari sebahagian yang lain ..." (Q.s. Ali Imran: 195).

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan Allah ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Allah menjadikannya di antara kamu rasa kasih dan sayang ..." (Q.s. Ar-Ruum: 21).

Masih banyak lagi di antara ayat-ayat suci Al-Qur'an yang mengangkat dan memuji darjat kaum wanita, di samping kaum laki-laki. Sebagaimana Nabi saw. bersabda:

"Termasuk tiga sumber kebahagiaan bagi laki-laki ialah wanita solehah, kediaman yang baik dan kenderaan yang baik pula." (H.r. Ahmad dengan sanad yang sahih).

"Di dunia ini mengandung kenikmatan, dan sebaik-baik kenikmatan itu adalah wanita yang solehah." (H.r. Imam Muslim, Nasa'i dan Ibnu Majah).

"Barangsiapa yang dikurniai oleh Allah wanita yang solehah, maka dia telah dibantu dalam sebahagian agamanya; maka bertakwalah pula kepada Allah dalam sisanya yang sebahagian."

Banyak lagi hadis-hadis dari Nabi saw. yang memuji wanita; maka mustahil bahwa Ali r.a. berkata sebagaimana di atas.

Sifat wanita itu berbeza dengan sifat laki-laki dari segi fitrah; kedua-duanya dapat menerima kebaikan, kejahatan, hidayat. kesesatan dan sebagainya.

Firman Allah swt. dalam Al-Qur'an,

"Jiwa dan penyempurnaannya (ciptaannya); maka Allah mengilhamkan pada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orangyang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (Q.s. Asy-Syams: 7-10)

Mengenai fitnah yang ada pada wanita di samping fitnah yang ada pada harta dan anak-anak, di mana hal itu telah diterangkan di dalam Al-Qur'an dan dianjurkan supaya mereka waspada dan menjaga diri dari fitnah tersebut.

Dalam sabda Rasulullah saw, diterangkan mengenai fitnahnya kaum wanita, iaitu sebagai berikut,

"Setelah aku tiada, tidak ada fitnah yang paling besar gangguannya bagi laki-laki daripada fitnahnya wanita." (H.r. Bukhari).

Erti dari hadis di atas menunjukkan bahwa wanita itu bukan jahat, tetapi mempunyai pengaruh yang besar bagi manusia, yang dikhuatirkan lupa pada kewajipannya, lupa kepada Allah dan terhadap agama.

Selain masalah wanita, Al-Qur'an juga mengingatkan manusia mengenai fitnah yang disebabkan dari harta dan anak-anak. Allah swt. berfirman dalam Al-Qur'an:

"Sesungguhnya harta-harta dan anak-anakmu adalah fitnah (cubaan bagimu); dan pada sisi Allahlah pahala yang besar." (Q.s. At-Taghaabun: 15)

"Hai orang-orang yang beriman!Janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikanmu mengingat kepada Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka termasuk orang-orang yang rugi." (Q.s. Al-Munaafiquun: 9).

Selain dari itu (wanita, anak-anak dan harta yang dapat mendatangkan fitnah), harta juga sebagai sesuatu yang baik.

Firman Allah swt.:

"Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenismu sendiri dan menjadikan bagimu dan
isteri-isterimu itu, anak-anak dan cucu; dan memberimu rezeki dari harta yang baik-baik ..." (Q.s. An-Nahl: 72)

Oleh kerana itu, dianjurkannya untuk waspada dari fitnah kaum wanita, fitnah harta dan anak-anak.Hal itu bukan bererti kesemuanya bersifat jahat, tetapi demi mencegah timbulnya fitnah yang dapat melalaikan kewajipan-kewajipan yang telah diperintahkan oleh Allah swt.

Allah swt. tidak mungkin menciptakan suatu kejahatan, kemudian dijadikannya sebagai suatu kebutuhan dan keharusan bagi setiap makhluk-Nya.

Makna yang tersirat dari suatu kejahatan itu adalah suatu bahagian yang amat sensitif, realitinya menjadi lazim bagi kebaikan secara mutlak. Segala bentuk kebaikan dan kejahatan itu berada di tangan (kekuasaan) Allah swt.

Oleh sebab itu, Allah memberikan bimbingan bagi kaum laki-laki untuk menjaga dirinya dari bahaya dan fitnah yang dapat disebabkan dan mudah dipengaruhi oleh hal-hal tersebut.

Diwajibkan juga bagi kaum wanita, agar waspada dan berhati-hati dalam menghadapi tipu muslihat yang diupayakan oleh musuh-musuh Islam untuk menjadikan kaum wanita sebagai sarana perosak budi pekerti, akhlak yang luhur dan bernilai suci.

Wajib bagi para wanita Muslimat kembali pada kudratnya sebagai wanita yang solehah, wanita hakiki, isteri solehah, dan sebagai ibu teladan bagi rumah tangga, agama dan negara.

.........................

Fatawa Qardhawi: Permasalahan, Pemecahan dan Hikmah
Dr. Yusuf Al-Qardhawi

1:10 PTG

Wardah Bunga Flower 3 JIWA 1Maksud..

Dicatat oleh fazafillah










Dikala musim sejuk berakhir, kini muncullah musim bunga yang dinanti-nanti...sudah lama jugak lakaran alam maya ini tidak dijenguk..al-maklumlah kekusutan penin dengan membaca kitab-kitab di minggu imtihan nie..hihihi...kali nie saya nak post bunga-bunga yang menjadi kegilaan pada setiap orang yang melihatnyer..

jika di Malaysia nak melihat bunga-bunga cantik kene pergi cameron higlnds dan mahal-mahal jugak harga bunga ros kat Malaysia..tapi sekarang nie, inilah peluangnyer untuk bertemankan diri dengan bunga-bunga yang kiut-miut nie..:)

Setelah kemurungan menjawab soalan Doc yang tak dijangka, bunga-bunga nie lah pengubat duka dan lara dihati nie..Bunga bunga bunga sinonim dengan perempuan sukakan bunga..jadilah seperti Bunga Ros yang cantik yang indah dipandang yang sentiasa harum mewangi dan yang penting jadilah seperti bunga ros yang kala diusik akan tertusuk jari dengan duri-duri yang menjadi lingkaran diri..:)

6:56 PG

ISU SYARIAH DAN KEMUSYKILAN 'MLM"...

Dicatat oleh fazafillah

Jualan Pelbagai Peringkat atau lebih dikenali sebagai ‘Multi Level Marketing' atau MLM adalah amat popular di Malaysia. Dalam pada masa yang sama, sistem yang sama juga digunakan oleh industri penjualan Saham Amanah Islam dan beberapa produk Takaful. Statistik tahun 2003 menunjukkan industri MLM Malaysia mencatatkan jualan RM 4 bilion dan lebih dari 3 juta orang Malaysia terlibat dalam urusniaga MLM.

Akibat dari kebanjiran produk dan syarikat yang menggunakan sistem ini dalam mempromosi dan penjualan produk mereka. MLM kini boleh dianggap sebagai sebuah sistem pemasaran yang diterima ramai. Bagaimanapun, amat jarang dijumpai ilmuan Shariah samada dalam atau luar negara yang ingin atau berminat untuk menghuraikan sistem ini dari aspek Shariah dengan terperinci dan konkrit. Ini mungkin disebabkan kerumitan atau kurangnya minat ilmuan Shariah untuk mendalami proses sistem ini.

Para Ustaz dan Multi Level Marketing

Di tambah pula mengenagkan pengikut dan pengamalnya yang terlalu ramai dan kebanyakkannya pula kelihatan ‘taksub' dan amat yakin akan halalnya kaedah MLM ini.

Tidak kurang juga terdapat para graduan Shariah atau pengajian Islam yang digelar ‘Ustaz' dan Ustazah' yang juga kuat berkempen produk-produk syarikat dengan skim MLM. Lebih hangat dan meriah lagi, kumpulan ini kerap mendakwa ianya halal lalu diselitkan dengan pelbagai dalil Al-Quran dan Hadith yang menggalakkan umat Islam berniaga, kuat ekonomi dan lain-lain. Hakikatnya, dalil-dalil ini bukanlah khusus untuk menyokong MLM dan perniagaan piramid mereka.

Ikhlas saya ingin nyatakan di sini, agak ramai juga orang ramai yang terpengaruh dengan kempenan dari kumpulan ilmuan agama seperti ini, menyebabkan orang ramai menyertainya tanpa berfikir lagi berkenaan halal atau haramnya sesuatu produk itu kerana ia telah diiktiraf oleh seorang ‘ustaz'. Justeru, saya ingin menasihatkan semua rakan-rakan lulusan Shariah dan Pengajian Islam agar lebih berhati-hati memberikan sebarang hukum dan merujuk dengan lebih mendalam sebelum berkempen dan mendakwa halalnya sesuatu produk hanya semata-mata kerana ia mendapat keuntungan besar di dalamnya.

Ini kerana agak ramai juga saya dapati orang ramai yang berkiblatkan ustaz tertentu dalam kempen MLM mereka. Berkatalah Al-Laith bin Sa'ad : « Seandainya orang-orang yang memiliki pemahaman halal dan haram meneliti masalah ini, pastilah mereka tidak akan membolehkannya kerana terdapat di dalamnya unsur perjudian »
( Riwayat Al-Bukhari, no 2346 ).

Sayyidina Umar al-Khattab r.a telah mengingatkan:
لا يبع في سوقنا إلا من قد تفقه في الدين
Ertinya : "Jangan seseorang kamu berjual beli di pasar kami, kecuali ia telah mendalami ilmu (hukum) agama tentangnya"

( Riwayat Tirmidzi, no 487, hlm 129 ; Albani : Hasan)

Bagi membantu masyarakat yang semakin ‘hangus' dalam industri ini, saya merasakan adalah elok untuk saya berkongsi panduan umum Shariah dalam hal penggunaan MLM ini. Bagaimanapun, saya tidaklah mampu untuk menujukan tulisan ringkas ini kepada mana-mana jenama MLM yang wujud di Malaysia mahupun luar negara.

Tulisan ini hanya memberikan sedikit gambaran dan garis panduan yang diletakkan oleh undang-undang Islam dalam hal MLM ini.

Pengertian MLM

Secara umum ‘Multi Level Marketing' adalah suatu cara perniagaan alternatif yang berkaitan dengan pemasaran yang dilakukan melalui banyak level (tingkatan), yang biasa dikenal dengan istilah ‘Upline' (tingkat atas) dan ‘Downline' (tingakt bawah), orang akan disebut ‘Upline' jika mempunyai ‘Downline'. Pokok utama dari perniagaan MLM ini digerakkan dengan jaringan ini, sama ada yang bersifat ‘vertikal' atas bawah mahupun ‘horizontal kiri kanan' ataupun gabungan antara keduanya. (Lihat All About MLM oleh Benny Santoso hal: 28, Hukum Syara MLM oleh Hafidz Abd Rahman, MA)

Bentuk MLM yang Haram atau syubhat

Ada beberapa bentuk sistem MLM yang jelas keharamannya atau keraguannya, iaitu apabila ia menggunakan sistem berikut :


1) Harga tinggi dari biasa : Menjual produk yang diperjualbelikan dalam sistem MLM dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga biasa, ia adalah amat tidak digalakkan menurut Islam malah menurut sebahagian ulama, aqad seperti ini adalah terbatal. Tatkala itu, ia digelar ‘Gabhnun Fahisyh' menurut istilah ulama Fiqh. Hukum jualan secara ‘Ghabnun Fahisy' ini diperbezakan oleh ulama antara harus, makruh dan haram. (Durar al-Hukkam Fi Syarh Majallah al-Ahkam, klausa no 356, hlm 369). Bagaimana Nabi SAW pernah mengisyaratkannya sebagai suatu kezaliman jika berlaku kepada orang yang tidak mengetahui selok belok harga barang. (Al-Qawaid, Ibn Rusyd, hlm 601)

Bagaimanapun perlu diingat, dalam satu MLM mungkin terdapat 3 atau 4 unsur syubhat dan haram yang akan saya sebutkan. Ini tidaklah bermakna saya mengatakan MLM haram hanya kerana adanya unsur "Harga Lebih Tinggi dari Biasa" , ia cuma salah satu unsur yang perlu disemak dan boleh memburukkan lagi hukum sesuatu MLM sehingga boleh jatuh tahap haram kerana penipuan dalam keadaan tertentu yang lain.

Apa yang ingin saya nyatakan ‘Ghabnun' di sini adalah yang dibuat dalam bentuk penipuan harga kepada orang awam, iaitu harga yang sengaja dinaikkan kerana merangkumkan yuran penyertaan dalam system priamid. Sebagai contoh saya pernah ‘terpaksa' membeli sebuah produk MLM. Oleh kerana tukang jual MLM ini amat sukar beralah, dan saya ingin ia cepat menamatkan kempenanannya dengan adab, lalu saya belilah satu produknya yang termurah, iaitu sebiji bantal yang dikatakan sangat hebat, harganya mencecah RM300 sebiji. Inilah namanya 'Ghabnun', sedangkan bantal tersebut rupa-rupanya langsung tiada istimewanya setelah digunakan.

Maka jelas harganya dinaikkan kerana penyertaan sebagai ahli dan masuk dalam sistem. Tapi saya senyapkan saja keahlian dan langsung tidak bergerak, membeli hanya kerana kasihan dengan si penjual yang dikenali ini sahaja.

Inilah maksud saya mempunyai unsur ‘Ghabnun', mungkin unsur ini tidak cukup kuat untuk menjadikannya haram, tetapi ia salah satu unsur yang memberi kesan kepada aqad, kesan ini apabila ia bergabung dengan unsur-unsur syubhat yang lain, ia boleh menjadi haram.

Sebagai Makluman :

Mazhab Hanafi : terbahagi kepada 3 pandangan, iaitu ada ulamanya yang mengatakan ghabnun harus walaupun Fahisyh, kedua : Haram , ketiga : Haram bila ada usnur penipuan sahaja ( Syarh ad-Dur , AL-Haskafi, 2/82 )

Mazhab Maliki : Juga ulama mereka berbagai pandangan : Pertama : Ghabnun Mustrasil samada Yasir atau fahsiyh : Haram ; Kedua : Ghabnun lebih tinggi 1/3 dari harga pasaran biasa tanpa adalah HARAM. ( Al-Qawaid : Ibn Rusyd , hlm 601 ; AL-Qawaid Al-Fiqhiyyah, Ibn Juzay, hlm 294)

Mazhab Syafie : Harus hukumnya kecuali pandangan ganjil dari al-Mutawaali yang mengharamkannya . ( Al-Majmu' , 7/500 )

Mahzab Hanbali : Ibn Quddamah berkata : "Ghabn Mustarsil adala apabila si pembeli membeli dengan harga yang terkeluar dari harga pasaran ... teruatamanya apabila didesak ( agar tak pergi semak kedai-kedai lain dulu) dan cuba disegerakan oleh penjual " ( Al-Mughni , 4/78 )

Justeru, perbincangan panjang tentang 'Ghabn' sebenarnya menunjukkan terdapat jenis 'Ghabn' yang disepakati haramnya oleh ulama, ada yang disepakati halalnya, dan terdapat yang diperbezakan pandangan. Justeru apabila saya sebut 'ghabn' sebagai salah satu sebab boleh jadikan MLM haram, maka ini kerana berkemungkinan jenis yang disepakati haram itu berlaku. Justeru, semasa menulis artikel anda perlu faham target saya. Adakah anda yakin semua jenis 'Ghabn' yang berlaku dalam MLM itu tergolong dari golongan yang harus ?. Jika ye, maka itu pandangan anda , bukan saya.

Saya lebih selesa berpandangan ia banyak jenis 'Ghabn' yang berlaku lebih menjurus kepada haram terutamanya apabila hampir semua syarikat-syarikat MLM ini amat mengambil mudah akan hal hukum agama. Jika tidak, pastinya mereka telah mengambil Penasihat Shariah sejak dari awal.


2) Belian Peribadi target sebagai syarat komisyen : Selain dari yuran yang wajib dibayar oleh ahli, pada kebiasaannya terdapat syarat yang mewajibkan ahli tersebut mencapai target belian tertentu bagi melayakkannya mendapat apa jua komsiyen dari hasil jualan orang di bawahnya. Apabila ia gagal mencapai ‘harga target' tersebut maka keahliannya akan hilang atau tiada sebarang komisyen untuknya walaupun orang bawahannya menjual dengan begitu banyak. Semua MLM yang terlibat dengan syarat seperti ini, menyebabkan sistem MLM mereka menjadi bermasalah dari sudut Shariah kerana wujudnya unsur kezaliman terhadap ahli selain wujudnya kewajiban jualan bersyarat dengan syarat yang tidak menyebelahi ahli serta berbentuk penindasan. Seolah-olah pihak syarikat memaksanya dengan mengatakan "Anda mesti membeli atau mengekalkan penjualan peribadi sebanyak RM 500 sebulan bagi membolehkan anda mendapat hak komisyen orang bawahan anda".

Pada asasnya, komisyen yang diambil atas usaha menjual (seperti ‘brokerage fee') sesuatu barangan adalah adalah harus menurut Shariah, ia adalah pandangan ulama besar Tabi'en seperti Muhammad Ibn Sirin, ‘Ato' Bin Abi Rabah, Ibrahim an-Nakha'ie dan ramai lagi (Sohih Al-Bukhari ; Al-Musannaf, 5/242 ; Mawahibul Jalil, 4/452 ).

Bagaimanapun, komisyen dalam hal MLM dan system piramdi ini boleh bertukar menjadi syubhah apabila :-

* Diikat komisyen jualan rangkaiannya dengan sesuatu jualan olehnya, ia menimbulkan masalah dari sudut Shariah seperti unsur pemaksaan, syarat yang tidak sah dalam perwakilan dan perjudian. namun begitu, ia mungkin diHARUSKAN jika terdapat penasihat Shariah yang membetulkannya selaras dengan aqad Ju'alah. namun begitu, majoriti syarikat MLM tidak mempunyai pensaihat Syariah untuk membetulkannya, menyebabkan ia kekal di dalam syubhah.

* Komisyen datang dari orang bawahan yang langsung tidak dikenalinya kerana sudah terlampau jauh ke bawah. Ini menjadikan orang atasan seolah-olah mendapat untung di atas angina tanpa sebarang kerja dan usaha lagi. Ia juga boleh dikelaskan sebagai broker di atas broker di atas briker di atas broker dan seterusnya. Dalam hal berbilangnya rantaian komsiyen broker ini, menurut perbincangan saya bersama Syeikh Prof. Dr Abd Sattar Abu Ghuddah (Pakar Shariah utama dalam bidang kewangan Islam dunia di Kesatuan Ulama Fiqh Sedunia, AAOIFI, Dow Jones Islamic Index dan lain-lain) ia termasuk dalam konteks memakan harta orang lain dengan bathil selain terdapat unsur judi. Ini adalah kerana ia seolah-olah meletakkan syarat kepada semua orang bawahan samada dengan pengetahuan mereka atau tidak, semua hasil jualan mereka akan diambil sebahagian keuntungannya untuk orang atasnya.

Walaupun demikian, jika komsiyen datang dari pihak syarikat atas dasar yang betul seperti jualah dan hibah, ia boleh jadi diharuskan. Namun sekali lagi rukun dan syarat aqad yang betul mesti dipantau oleh penaasihat Syariah yang berkelayakan.

* Dari sudut yang lain, terdapat juga keraguan dalam isu pemberian komisyen di atas usaha dan tugas agen (wakil penjual) atau "brokerage" (tukang kempen). Ini kerana sepatutnya komisyen ke atas "brokerage" tidak harus mensyaratkan tukang kempen itu untuk membeli untuk diri sendiri sebagaimana yang berlaku dalam beberapa jenis MLM. Sesetengahnya pula mensyaratkan ‘broker' atau ‘agen' untuk menjual sendiri sebanyak sekian jumlah bagi memperolehi komisyen jualan broker (ahli) di bawahnya. Dengan sebab-sebab ini, hal ‘broker' atau ‘agen' menjadi syubhah dan tidak lagi benar ianya disifatkan sebagai komisyen wakil atau broker yang diterima Islam.

3) Jika ahli berdaftar menyertai MLM dengan yuran tertentu, tetapi tiada sebarang produk untuk diniagakan, perniagaannya hanyalah dengan mencari orang bawahanya (downline), setiap kali ia mendapat ahli baru, maka diberikan beberapa peratus dari yuran ahi tersebut kepadanya. Semakin banyak anggota baru bermakna semakin banyak jualah bonusnya. Ini adalah bentuk riba kerana memperdagangkan sejumlah wang untuk mendapat sejumlah lebih banyak yang lain di masa hadapan. Ia merupakan satu bentu Riba Nasiah dan Riba Al-Fadl. Hal yang sama juga hukumnya bagi perusahaan MLM yang tidak mempunyai produk bersungguh dan berkualiti, sebaliknya produk miliknya hanyalah berupa ruangan laman web yang tidak berfaedah buat kebanyakkan orang, atau apa jua produk yang hanya dijadikan sebagai alasan pembelian. Malah harga sebenar produknya juga adakalanya jauh dari harga yang dijual kepada ahli (sebagai contoh dijual produk web komputer, sedangkan haragnya jauh lebih tinggi dan si ahli pula tidak mempunyai komputer pun). Pada hakikatnya, si ahli bukannya ingin membeli produk itu, tetapi untuk menyertai rangkaian serta memperolehi wang darinya. Ia juga termasuk dalam yang diharamkan. Hal membeli produk tidak benar dengan niat utama memasuki rangkaian dan mendapat untung dari rangkaian ini telah difatwakan haram oleh Majlis Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah Arab Saudi no 15/192-193.

4) Terdapat juga syarikat MLM yang melakukan manipulasi dalam menjual produknya, atau memaksa pembeli untuk menggunakan produknya atau yang dijual adalah barang haram. Maka MLM tersebut jelas keharamannya. Namun tidak semua MLM begini, cuma sebahagianya sahaja.

5) Terdapat juga unsur mirip "shafqatayn fi shafqah", atau bay'atayn fi bay'ah, (iaitu dua aqad jenis jual beli dalam satu) yang dilarang oleh Baginda SAW dengan pelbagai lafaz antaranya : "
نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن صفقتين في صفقة واحدة
Ertinya : "Rasulullah SAW melarang dari membuat dua belian (aqad) dalam satu aqad" ( Riwayat Ahmad, Al-Bazzar ; Al-Haithami : perawi Ahmad adalah thiqah ; 4/84 )

Ini berlaku apabila ada sebahagian syarikat MLM yang membuka pendaftaran ahlinya, setiap ahli perlu membayar sejumlah wang disebut yuran, tidak dapat dipastikan samada yuran tersebut untuk membeli kedudukan di dalam rangkaian ataupun membeli produk. Pada waktu yang sama, dengan termeterainya keahliannya itu, ia akan menjadi wakil pula bagi syarikat untuk merekrut ahli baru, maka tindakan MLM seperti ini, boleh dikatakan termasuk dalam kategori hadis : shafqatayn fi shafqah, atau bay'atayn fi bay'ah. Ini kerana, dalam hal ini, orang tersebut telah dikira melakukan transaksi aqad Mu'awadat (kontrak pertukaran hak kewangan) bila membeli produk atau menjadi ahli dan dalam masa yang sama masuk dalam satu jenis aqad lagi iaitu perwakilan (untuk menjualkan produk itu kelak di samping mencari ahli baru) dengan komisyen tertentu. Maka, praktis seperti ini jelas tergolong sebagaimana hadith di atas.

Ingin saya tekankan juga, hal berkaitan komisyen jualan orang di level keseratus akan diperolehi juga oleh upline di tingkat kedua, padahal mereka tiada sebarang kaitan aqad yang jelas, dan hanya kerana rantaian orang dibawahnya maka ia mendapat untung?. Apa yang diletakkan untuk mendapat untung?.

Sedangkan dalam contoh sebuah syarikat besar, seorang pemegang saham sememang layak dapat untung walaupun goyang kaki kerana ia meletakkan 'modal', sebagaimana yang diketahui , keuntungan boleh didapati dari tiga sebab iaitu 1) Modal 2) Kerja 3) Jaminan 'Dhoman' barangan dari sebarang aib pada barang yang dijual.

Lalu si pemegang modal berhak mendapat untung kerana ia letak modal, si pekerja layak mendapat untung kerana ia bekerja .. jadi apa hak si upline kedua untuk dapat untung jualan si downline ke seratus? Tiada modal, tiada kerja, tiada jaminan atau dhoman barangan yang dijual, kernaa jaminan barangan yang dijual adalah dari syarikat, bukan upline!.

Apa Maksud Sebenar Dua Aqad Dalam Satu ?


Shafqatain di Safqah dan lafaz yang seertinya denganya memang tidak dinafikan mempunyai banyak takrif dan tafsiran menurut kefahaman ulama yang berbeza. Manakala sesiapa yang hanya mendedahkan hanya beberapa kerat dari pandangan tersebut dan kemudian terus memegangnya. Tapi perlu diingat disana terdapat pelabagi tafsiran yang lain pula, dan saya memegang tafsiran yang lain. Maka itu tidak bererti tafsiran pegangan saya adalah salah, dan tafsiran pegangan anda mesti betul. Jika demikian perangainya, maka ini jelas tidak faham konsep ikhtilaf dalam nas.

Sebagai hadiah untuk awam dan pembaca yang mampu faham ini beberapa tafsiran tentang hadith dua aqad dalam satu mengikut beberapa kumpulan ulama silam dan kaitannya dengan MLM:-

• 1) iaitu contoh berkata penjual kepada pembeli : " Aku jual kepadamu baju ini dengan harga RM 10 tunai , atau RM 20 secara tangguh" , maka si pembeli bersetuju TANPA mengspecifickan plan tangguh atau tunai yang dikehendakinya. Ini bentuk yang ditafsirkan oleh Imam Malik, Abu Hanifah, At-Thawri, Ishak Rahawaih, Imam As-Syafie ( Syarh as-Sunah, Al-Baghawi, 8/142 ; ‘Aridathul Ahwazi, 5/240 ; Al-Mughni, Ibn Quddamah, 6/333; Al-Mudawwanah, 9/191 ).

Tiada khilaf di kalangan ahli ilmu, jenis ini adalah HARAM. Bagaimanapun tafsiran ini tidak berapa berkaitan dengan MLM, kerana biasnaya plan harga akan dipilih dengan tepat.

• 2) Iaitu contohnya pembeli : "jualkan kepadaku barangan ini dengan harga RM 10 tunai atau dengan sebuah radio pada tarikh akan datang", kemudian kedua-dua bersetuju tanpa memberikan yang mana satu mereka inginkan. Ini adalah tafsiran Imam Malik pula ( ‘Aridathul Ahwazi, 5/240 ) . Ini juga tiada kaitan dengan MLM.

• 3) Iaitu contohnya berkata seorang lelaki : "Aku jual kebunku ini dengan harga RM 10,000 dengan syarat kamu jualkan rumah kamu pula dengan harga RM 15,000" . Inilah juga tafsiran ulama mazhab Hanafi, Hanbali dan Syafie. ( Al-Mughni , 6/332 ; Al-Um, 3/67 ; ‘Aridatul Ahwazi, 5/239 )

Inilah tafsiran yang saya lihat ada kaitannya dengan kebanyakkan MLM. Iaitu berkata syarikat MLM kepada seorang ahli baru sebagai contoh : "aku jual barang water filter ini dengan harga RM 2000 dengan syarat engkau jadi wakil jualanku dengan komisyen sebanyak 3 % dari harga jualanmu dan aku beri mandate kamu untuk jadi lantik ahli baru dan setiap jualannya kamu akan dapat 1 % dengan syarat kamu ada jualan sendiri sebanyak RM 1000 setiap bulan"

Lihat, dalam contoh saya tu ada berapa jenis aqad muawadah maliah yang bersifat lazim?

a- Jual barang RM 2000 - Aqad jual beli yang bersifat lazim
b- Lantik jadi wakil dengan upah (Wakalah bil Ujr) - aqad wakalah yang bersifat lazim.
c- Beri mandate untuk cari ahli - ini tiada masalah
d- Setiap ahli yang kamu lantik jual kamu layak dapat 1% - Ini ju'alah, juga kelihatan tiada masalah.
e- Kamu hanya layak dapat 1 % ju'alah tadi dengan syarat kamu ada jualan sendiri RM 1000 - Ini ada syubhat sikit syarat seperti ini. Perlu perbincangan dan ijtihad.
Cuma, secara umum kita dapat melihat bergabungnya dua aqad mu'awadat maliah (pertukaran hak milik harta) yang bersifat Lazim. Jika aqad itu ghayru Lazim maka ia diharuskan, tetapi dalam hal ini dua aqad itu adalah "aqad lazim"

• 4) Iaitu seorang penjual menjual dua barangan berlainan harga iaitu kasut dengan harga RM 100 dan handphone dengan harga RM 700, tetapi ia membuatnya terikat, iaitu jika anda beli handphone, maka pembelian kasut juga menjadi wajib. Inilah takrif yang dipegang oleh Al-Qadhi Ibn Al-Arabi al-Maliki ( Al-Qabas Syarah Al-Muwatta', 2/842 ; Al-Muntaqa , 5/36) .

Ini juga mempunyai sedikit kaitan dengan MLM kerana meletakkan syarat satu aqad lain sebagai syarat untuk sesuatu aqad itu boleh ‘concluded'.

• 5) Iaitu contohnya : Berkata penjual : " Aku jual handphone ini dengan RM 100 dengan bayaran ansuran dalam 3 bulan, dengan syarat aku akan belinya semual darimu dengan harga RM 80 tunai" . Ini adalah tafsiran Ibn Taymiah dan Ibn Qayyim pula. Ia adalah sama dengan takrif Bai Inah. ( Mukhtasar Al-Fatawa Lib Ibn taymiah, hlm 327 ; Tahzib Mukhtasar Sunan Abi Daud, Ibn Qayyim, 5/100 )
Tafsiran ini agak kurang kaitannya dengan MLM.

Demikianlah beberapa takrifan dan tafsiran ulama tentang hadith dua aqad dalam satu. Sebenarnya ada terdapat 3 lagi tafsiran, Cuma cukuplah sebagai info tambahan kepada pembaca. Oleh kerana beberapa yang dilakukan dalam MLM ada terdapat dalam salah satu tafsirannya, maka saya masukkan point dua aqad di dalam satu sebagai isu yang boleh menjadikan MLM samada haram atau batal atau syubhat.

Pun begitu, point ini boleh diealakkan jika aqad tersebut boleh dipisahkan dan berdiri dengan sendirinya. Pemantauan penasihat Syariah diperlukan bagi memastikan hal ini mampu dibuat.

Keputusan Majma Fiqh Sedunia ?


Kesatuan Fiqh Sedunia (Majma' Fiqh Islami) pernah mengeluarkan fatwa ke atas satu bentuk perniagaan MLM jenama PT Biznas yang disifatkan sebagai haram kerana ia adalah salah satu bentuk perjudian.

Selain itu, keputusan itu juga menafikan bahawa komisyen yang digunakan adalah komisyen atau upah ‘brokerage' sebagaimana didakwa. (Rujuk keputusan nombor 3/24, 17 Julai 2003). Selain itu, Syeikh Salim Al-Hilali pernah mengeluarkan fatwa pengharaman dengan katanya : "Banyak pertanyaan berkenaan perniagaan yang diminati ramai. Yang secara umum gambarannya adalah mengikuti kaedah piramid dalam sistem pemasarannya, dengan cara setiap anggota harus mencari ahli-ahli baru dan demikian selanjutnya.

Setiap anggota membayar yuran pada syarikat dengan jumlah tertentu dengan angan-angan mendapat bonus, semakin banyak anggota dan memasarkan produknya maka akan semakin banyak bonus yang dijanjikan. Sebenarnya kebanyakan anggota MLM yang menyertai cara ini adalah hasil motivasi bonus yang dijanjikan tersebut dengan harapan agar cepat kaya dalam waktu yang sesingkat mungkin, padahal ia langsung tidak menginginkan produknya. Perniagaan jenis ini adalah perjudian murni, kerana beberapa sebab berikut, iaitu:
Ø Sebenarnya anggota MLM ini tidak mahukan produknya, akan tetapi tujuan utama mereka adalah menyertai rangkaian piramid bagi mendapatkan kekayaan cepat apabila setiap ahli baru membayar yuran.
Ø Harga produk yang dibeli sebenarnya tidak sampai 30% dari wang yang dibayarkan pada syarikat MLM.
Ø Tujuan perusahaan adalah membangun jaringan individu secara berkesinambungan. Yang mana ini akan menguntungkan anggota yang berada pada level atas (Upline) sedangkan level bawah (downline) selalu memberikan nilai point pada yang berada dilevel atas mereka.
Justeru, saya kira, amat tipis untuk mencari MLM yang tidak tergolong dalam item-item salah yang saya sebutkan di atas, malah saya juga suka menyarankan agar pengamal-pengamal jualan amanah saham dan Takaful secara wakil untuk lebih berhati-hati agar tidak terjerumus dalam bab MLM.

Bagaimanapun, jika anda masih ingin mendakwa halalnya MLM ini, saya sarankan agar pengamal MLM memastikan asas minima Shariah berikut dapat dipatuhi :-

1. Produk MLM ini mestilah dibeli dengan tujuan yang sebenarnya (seperti produk yang benar-benar bermanfaat dan dibangunkan dengan serius seperti ubat-ubatan berkualiti, unik dan lainnya). Justeru, produk MLM yang kabur kualiti dan kegunaannya tidaklah dibenarkan kerana ia hanyalah bertujuan untuk mengabui dalam undang-undang dan hukum Shariah, ia tiadalah halal di sisi Shariah. Justeru, kekuatan MLM itu ialah kepada produknya yang bermutu dan bukan kepada objektif jangka pendek mengumpul dana (modal).

2. Produknya bukan emas dan perak yang boleh dijual beli secara tangguh. Ini kerana penjualan barangan emas secara tangguh adalah Riba jenis Nasiah.

3. Komisyen yang diberikan kepada ahli untuk setiap penjual dan ahli bawahannya mestilah jelas. Tiada komisyen tanpa usaha, ini bermakna orang atas hanya berhak mendapat komisyen dari ahli bawahan yang dibantunya sahaja.

4. Keuntungan dan komisyen bukan berdasarkan ‘kepala' atau ahli yang ditaja, tetapi adalah berdasarkan nilai produk yang berjaya di jualnya. Ini diperlukan bagi membuktikan ia menumpukan kepada perniagaan penjualan produk dan perkhidmatan dan bukannya permainan wang (money game).

5. Tidak diwajibkan bagi si ahli membuat belian sendiri dalam jumlah tertentu bagi memperolehi komsiyen dari orang bawahannya. Ini kerana dibimbangi ia mirip paksaan belian. Namun jika syarikat meletakkan syarat JUALAN MINIMA untuk memperolehi komisyen kumpulan dan sebagainya, ia mungkin dibenarkan dengan syarat ia dibuat atas asas ju'alah. Untuk itu, syarat dan rukun jua'alah mestilah dipastikan sempurna.

6. Setiap ‘upline' atau orang di sebelah atas mestilah menaruh usaha atas jualan orang bawahannya, seperti mengadakan perjumpaan taklimat, motivasi dan teknik berkempen secara terancang seperti sebuah syarikat yang pelbagai ahlinya. Ia perlu bagi melayakkannya menerima komisyen itu dari sudut Shariah, jika tidak adalah dibimbangi ia akan terjerumus kepada keraguan ‘syubhah'. Ini kerana konsep niaga dalam Islam tidak membenarkan suatu keuntungan dari sesuatu perniagaan yang diperolehi tanpa usaha. Justeru, sedikit usaha perlu dicurahkan bagi menjadi sebab haknya ke atas komisyen. Perlu diingat, kebanyakan ahli di kaki yang 10 ke bawah, mungkin tidak mengenalinya lantaran ia dilantik oleh orang bawahannya yang kesembilan. Jika tidak, apakah haknya untuk mendapat komisyen yang demikian berangkai dan begitu jauh ?.

7. Tidak menggunakan skim piramid iaitu skim siapa masuk dulu akan untung selamanya. Manakala hak mereka yang masuk kemudian akan berkurangan. Justeru, plan pemasaran mestilah memberikan hak kepada semua, malah orang bawahan mampu mendapat keuntungan lebih dari orang atasannya, apabila ia mampu menjual dengan lebih hebat.

8. Mempersembahkan system komisyen dan bonus yang telus dan boleh difahami dan dipantau oleh ahli dengan jelas. Ia bagi mengelakkan segala jenis penipuan.

9. Menstruktur plan pemasaran di anatara ahli dan orang bawahannya secara musyarakah iaitu perkonsgian untung dan rugi berdasarkan modal masing-masing dengan nisbah pembahagian keuntungan yang ditetapkan di peringkat awal lagi.
Mana MLM alternatif??

"Kalau ustaz pandai sangat, kenapa tak tuliskan sahaja macam mana MLM yang menepati Shariah tu, biar orang boleh guna" Demikian tempelak seorang pemuda tanpa kesabaran melalui sebuah web.

Jawapan saya seperti berikut :-
Pertama : Memang ramai 'suruh', 'arah' dan minta saya sebutkan macam mana MLM yang harus serta realistik.

Inilah masalah orang ramai, tidak berfikir mendalam sebelum meminta. Kita kena faham, tak semua yang perniagaan diasakan ikut cara yang menpeati Shariah itu menarik pada pandangan mata orang ramai dan boleh laku untuk dijual di Malaysia, dan tak semua pula plan dan skim atau produk yang sangat boleh dijual dan menarik itu menepati hukum Shariah. Jadinya bagi menghasilkan satu plan hebat yang menepati Shariah dan boleh jual, perbincangan dua pihak antara Ilmuan Shariah & bisnesman amat perlu dalam hal ini.

Mana mungkin sebuah plan pemasaran MLM terbaik dapat dicadangkan hanya dengan mengemukakan permintaan mudah begitu sahaja kepada saya, ini kerana mungkin saya mempunyai penyelesaian dari sudut teori Shariahnya. Teori ini pula sebahagiannya bersifat fleksible dan tidak sebahagian yang lain, kerana itu perbincangan diperlukan dengan pihak pakar pemasaran demi memastikan samada ia 'viable' untuk diperkenalkan atau tidak. Kerana saya bukanlah pakar dalam bab pemasaran.

Kedua : Saya juga bukanlah seorang jutawan yang membolehkan saya memperkenalkan plan bisnes MLM contoh yang hebat dan menepati Shariah. Mudahnya, selagi tiada bisnesman Muslim yang punyai perhatian kuat tentang halal haram dan berkesudian berbincang dengan orang Shariah, selagi tu tidak akan didapati plan dan skim MLM alternatif yang menepati Shariah.

Untuk maklumat, proses inilah yang amat kerap kami (ilmuan Shariah sedunia, saya dan rakan-rakan ustaz di semua institusi kewangan Islam seluruh dunia) ; iaitu kami duduk berjam-jam dengan pakar pemasaran, peguam untuk mencipta produk kewangan Islam yang halal serta dalam masa yang sama aqad-aqadnya juga halal dan boleh diaplikasikan di sisi undang-undang Malaysia. Kesimpulan saya, jika hanya ada satu pihak sahaja yang bersungguh, ia pasti akan menjadi hasrat yang terbengkalai juga.
Akhirnya, saya tahu bahawa hukum MLM ini masih terbuka untuk perbincangan, malah Syeikh Dr Abd Sattar Abu Ghuddah ketika perbincangan dengan beliau mengakui ini isu yang agak baru baginya. Benar, amat sukar ditemui tulisan para ulama Islam dari Timur Tengah berkenaan hal MLM ini, disebabkan MLM belum masuk ke pasaran negara Arab dengan meluas. Justeru, menjadi tanggungjawab para ilmuan Shariah Asia Tenggara untuk membantu masyarakat untuk mengetahui pandangan Shariah tentang MLM ini. Tulisan ringkas saya hanyalah pandangan awal bagi memberi peringatan bahawa dengan sekadar pandangan, kelihatan begitu banyak keraguan boleh muncul dalam perniagaan MLM ini. Tidak perlulah pembaca merasa marah dan benci dengan tulisan ini. Ini sekadar nasihat bagi mereka yang mengambil berat tentang pendapatan serta memikirkan barzakh dan akhirat mereka yang kekal abadi. Wallahu ‘alam.

Artikel dari USTAZ ZAHARUDDIN.NET....